12 AM
Tak cukup 5 menit setelah menerima pesan dari Sagara, Bastian langsung menoleh tatkala suara motor yang begitu nyaring mulai mendekat kemudian berhenti tepat di depannya. Sagara melepaskan helmnya dan melemparkan senyum yang paling besar namun tidak membuat pemuda di hadapannya itu bereaksi.
“Kak, mau pulang?”
Tak ada jawaban, Bastian memberi Sagara voucher dengan wajah yang sedikit murung. Saga hanya menunduk mengikuti arah wajah Bastian, menatapnya seksama dengan senyum yang masih terpampang di wajahnya.
“Sagara patut dihukum soalnya bikin kak Tian nunggu.” Ia kemudian memberikan Bastian sebuah helm lalu menepuk jok belakangnya.
“Tapi saya menangin motor sama helm nih, bangga gak?” Bastian lagi lagi hanya menatap pemuda itu. Pikirnya, ia tak berhak marah jikalau Saga masih suka akan balapan. Namun, banyak pertanyaan yang ingin sekali ia tanyakan kepada Saga.
Apakah Saga sungguh sungguh dengan janjinya? Apakah Saga benar- benar menjadikannya prioritas? Dan apakah Bastian benar-benar cemburu akan postingan Instagram Saga yang menampilkan emoji hati berwarna merah? Bastian lebih memilih diam karena untuk sekarang, dia bukan siapa-siapa bagi Saga.
Bastian naik keatas motor dan langsung menutup kaca helm nya agak kasar. Saga menoleh, mengetuk sekali kaca helm Bastian dengan jari telunjuk lalu kembali tersenyum.
“Yaudah kalau kakak gamau ngomong, saya yang ngomong kalau gitu.”
Dengan melajukan motornya di kecepatan rata-rata, Saga terus menerus menatap spionnya yang langsung menampakkan wajah Bastian, walaupun masih tertutup kaca. Namun, Bastian dibalik itu terus menerus menatap wajah Saga yang masih tersenyum. Saat Sagara tak menatapnya, ia akan selalu menatap pemuda itu.
Wajah Saga terlihat manis dan tenang dibarengi dengan suasana malam yang sepi. Pukul 12 malam menjadi waktu favorit Bastian kali ini karena ketenangan yang ia dapat.
“kak, maaf lama? Soalnya harus menangin motor ini dulu.” Bastian sedikit mengangguk merespon pernyataan Sagara.
“Chat nya di read karena udah otw ke kampus tadi.”
“oh iya, saya beliin kakak bakpau, kalau kakak suka sih.”
“kak, saya gak lebam lagi malam ini. Malam kemarin adalah malam terakhir saya lebam hahaha” Di balik kaca helm, pipi Bastian sedikit terangkat saat mendengar tawa Sagara. Dia benar-benar jatuh hati kali ini namun ia masih takut untuk mengakuinya.
Saat tiba, Bastian memberi Saga senyuman sambil memberikan helmnya. Saga menyender satu tangan bertumpu pada motor membalas senyuman Bastian.
“Ini terakhir balapan. Janji.” Bastian mengangguk dengan sedikit tawa “Good boy.” “Am I really a good boy to you?” “yup!” Saga terlihat salah tingkah, menunduk tertawa lalu kembali menatap Bastian yang masih tersenyum di depannya.
“Sampai ketemu di bazar? I don’t think that I can met you after this?”
“Huh? Kenapa?”
“I can’t handle your sweet smile, kak.” Lagi, keduanya salah tingkah namun terlihat tingkah Saga makin tak karuan saat kedua helmnya terjatuh.
“eh?” “Gapapa gapapa, saya pamit ya kak? Nanti ketemu lagi.”
“hati-hati saga.” “Selamat malam, Kak Tian.”