BLACK SWAN
Sore yang indah Jungkook berlari mengambil keranjang bekas buah yang ia bawa untuk memetik beberapa bunga di kebun milik pamannya. Terdapat sebuah kolam yang tidak terlalu besar namun sangat indah dengan beberapa bunga tumbuh di sekeliling nya di taman belakang. Terakhir ia berkunjung saat umurnya 7 tahun, namun saat itu ia belum tau bahwa di sana akan dibangun sebuah kolam untuk beberapa angsa.
Angsa-nya tidak terlalu liar seperti angsa lain, sedikit tenang dan Jungkook sama sekali tidak mengganggunya. Ia bahkan fokus kepada beberapa bunga yang ia petik. Sudut matanya menangkap sesuatu yang hitam diantara angsa putih lainnya, angsa yang berbeda namun sepertinya ia terluka karena tidak bergerak sama sekali. Satu kakinya mempunyai goresan merah dengan bulu yang sedikit rusak.
Matanya sayu tertutup membuat jungkook penasaran akan kondisinya. Ia mendekatinya lalu matanya membulat penuh saat melihat setetes darah di sayapnya. Jungkook dengan keberanian meletakkan angsa hitam itu di atas batu, tak ada gerakan membuat Jungkook makin berani. Ia kemudian berlari meninggalkannya sebentar untuk mengambil keranjang bunganya. Ia menumpahkan semua bunga yang ia telah petik agar angsa itu dapat muat di keranjangnya.
Saat ia berbalik, seorang pria malah duduk di atas batu tempat angsa itu berada. Rambutnya acak-acakan, matanya sayu menunduk, kakinya memerah, Jungkook tergugup lalu bertanya, “Angsanya mana?”
“Aku—angsanya..?” pria itu menoleh dengan pelan menatap Jungkook yang menjatuhkan keranjangnya. Darimana pria ini? rambutnya acak-acakan, penampilannya sangat kacau.
“Gila? Mana ada angsa berubah jadi manusia?!” sedikit penekanan nada pada kalimat terakhir Jungkook. Pria itu malah tertawa pelan lalu kembali menunduk menatap kakinya yang memerah. Ia tidak terlalu peduli akan keberadaan Jungkook, ia malah mencoba bangkit kemudian namun kakinya tak bisa menahan beban tubuhnya terlalu lama. Jungkook refleks berlari saat pria itu hampir terjatuh namun tangannya mendarat terlebih dahulu di batu untuk menopang tubuhnya.
“Aku angsa yang kau angkat beberapa menit yang lalu, kau masih tak percaya?”
Jungkook menggeleng. Mata bulatnya masih menatap pria itu. Jarak mereka tak jauh namun Jungkook dapat melihat beberapa bulu angsa berguguran di sekitarnya namun Jungkook masih terdiam.
“Terkena kutukan memang menyebalkan, aku tak ingin menjadi manusia.” Pria itu menghela nafasnya berat, ia menoleh kemudian mendanggak menatap Jungkook yang menatapnya dengan wajah polosnya sedari tadi. Keduanya saling bertatapan diiringi suara angsa lainnya yang berbunyi di atas kolam.
“kenapa?”
Satu kata keluar dari mulut Jungkook layaknya anak kecil yang penasaran. Pria itu tersenyum lalu kembali menggerakkan kakinya untuk mengukur rasa sakit yang ia rasakan.
“Tapi kamu terluka.”
“Karena manusia lalai menjagaku.”
Jungkook masih penasaran dengan cerita pria itu. Dengan pelan ia melangkahkan kakinya mendekat padanya lalu duduk di samping bawah batu. Jungkook mendanggak menatap wajah pria itu.
“Pamanku menjagamu?” Dengan tatapan sayu namun senyum yang masih terpampang di wajahnya, pria itu berkata, “Pamanmu menjagaku dengan baik. Kakiku terluka saat aku jatuh dari pohon. Penjagaku kehilanganku saat beternak namun ia tidak mencariku. Aku lalu—“ penjelasannya kemudian terpotong.
“Paman, kau bukan angsa kan?” satu pertanyaan polos lagi untuk pria itu namun ia hanya membalasnya dengan tawa kecil.
“Aku adalah seekor angsa. Namamu Jungkook kan?” Jungkook mengangguk semangat.
“Aku melihatmu pagi ini saat pamanmu meletakkanku di kolam dengan angsa yang lain. Aku kira kau adalah anak perempuan yang—“
“Angsa jelek! Aku bukan anak perempuan!” Jungkook melemparkan keranjangnya kemudian memasang wajah kesal.
“Sekarang kau mengakui bahwa aku adalah angsa. Kau masih penasaran dengan ceritaku?”
“silahkan…aku mendengarkan..” Jungkook meredakan kesal nya, ia kemudian kembali mendengar cerita pria itu dengan seksama.
“Aku lalu dicabik oleh sekolompok anjing liar namun pemilikku malah membiarkan ku. Aku sangat terluka, aku tertidur di sisi jalan dan pamanmu menemukanku pagi ini.” Pria itu kemudian menoleh, menatap Jungkook yang dengan polosnya mencerna semua cerita yang ia lontarkan.
“Dia membawaku ke kolam lalu mengobatiku. Aku lalu bermain memanjat pohon namun aku terjatuh. Entah kenapa aku kembali lemas dan mungkin aku rasa aku akan mati.” Ia menceritakan semua cerita pilu itu dengan senyuman.
“Pantas saja tadi kau tidak bergerak…” sedikit perasaan bersalah pada Jungkook walaupun ia tidak berbuat salah sedikit pun. Ia merasa iba atas apa yang pria itu alami.
“Lalu, kau dikutuk karena apa?”
Pria itu masih tersenyum, menanggapi semua pertanyaan yang akan membuatnya sedikit tak nyaman namun ia memilih menceritakannya. Lagipula, ia percaya dengan Jungkook saat pertama kali Jungkook dengan cepat berlari dengan matanya yang sedikit berkaca kaca saat melihatnya tergeletak.
“Aku angkuh, kasar, tidak berperasaan. Terdengar seperti dongeng namun penguasa setelah Odette lenyap menghukum semua angsa yang tak sesuai dengan peraturannya.”
“Jadi…..kau lebih menyukai jadi angsa?” Pria itu terdiam sejenak. Berbincang dengan Jungkook membuatnya sedikit tenang dan melupakan rasa sakit yang ia derita. Suara air mengalir terdengar saat pria itu diam dan Jungkook yang menunggung jawabannya.
“Sekarang…aku berharap ingin menjadi manusia seutuhnya.” Senyum dan tatapan hangat terpancar saat pria itu menatap Jungkook.
“Gampang! Kau berubah jadi manusia saja! Seperti yang kau lakukan tadi kan??” Jungkook menjelaskan semuanya layaknya anak kecil yang sedang menjelaskan bagaimana mobil mainan berjalan.
“Aku hanya bisa berubah saat aku sangat kesakitan.”
“berarti kau tadi kesakitan?” sebuah anggukan menjawab pertanyaan Jungkook.
“Dan aku hanya bisa berubah saat seseorang dengan hati yang tulus menyadari keberadaanku.” Tatapan pria itu seakan-akan menunjuk Jungkook dengan hatinya yang tulus dan murni.
“apakah kau akan berubah…?”
“tidak.”
“mengapa?”
“seseorang dengan hati yang tulus sedang berbincang bersamaku.” Jungkook menyadari siapa yang dimaksud pria itu. Tak sadar bahwa pipinya sedikit memerah dan matanya seperti berseri. Ia sangat ingin tersenyum namun ia menahannya. Pria itu kemudian memetik satu bunga yang tymbuh di dekat batu lalu memberinya kepada Jungkook.
“Namaku Yoongi, apakah kau akan pulang malam ini?” Yoongi menempatkan tangkai bunga di telinga Jungkook.
“b-belum..aku menginap selama seminggu.” Jungkook tergugup.
“apakah aku membuatmu takut?” Yoongi menarik tangannya kembali dengan pelan saat menatap Jungkook yang diam menatapnya dengan mata yang tak bergerak.
“tidak…aku malu..”
“malu?”
“uh….tuan angsa, aku harus kembali.” Jungkook beranjak dari duduknya dengan Yoongi yang menatap mebgikuti setiap gerak geriknya. Matanya mengerjap cepat melihat Jungkook sedikit bertingkah aneh saat mengambil keranjangnya.
“Bunga yang kau buang, mau kubantu—“ Yoongi menunduk mencabuti semua bunga yang berada di sekitarnya lalu kembali menegakkan badan dan melihat Jungkook yang sudah berlari meninggalkannya.
“TUAN ANGSA AKU DULUAN!”
Surat Untuk Jungkook
Hi, ini tuan Angsa. Aku tau kau akan ke kolam sore ini. Aku sedang pergi untuk bertugas dan ini tugas rahasia. Aku memetik beberapa bunga untukmu. Aku tidak tau kau ingin apakan namun tolong terimalah, aku bekerja keras dengan angsa putih lainnya. Aku akan pulang saat setelah makan malam. Apakah kita bisa bertemu besok sore?
Dan aku berubah menjadi manusia siang tadi. Apakah kau melihatku dari balik jendela kamarmu? Aku berharap kau tidak melihatku sebagai angsa yang jelek. Aku lebih suka kau melihatku dalam wujud manusia.
Jungkook, mari bertemu besok sore. Awalnya aku bertanya namun tidak tau akan kuhapus dengan apa tinta ini jadi aku akan mengajakmu bertemu. Aku akan menunggumu di batu tempat pertama kali kita berbincang.
Tertanda, Tuan Angsa.
Yoongi.