Little Rockstar

Jimin sepertinya tidak fokus dalam pengambilan gambarnya. Kamera memang berada di kedua tangannya namun ia masih tetap waspada terhadap Jungkook yang sedang merasakan euforia di atas panggung. Seruan demi seruan ia dengarkan, Jungkook tersenyum megah menyapa semua penggemar. Matanya tidak pernah berpindah dari Jungkook sejak ia melihat sang Manager mendorongnya untuk mempersingkat waktu di backstage. Dia terjatuh, bajunya dibuka paksa dan bahkan beberapa stylist di dorong menjauh saat Jungkook butuh minum atau kipas kecil. Untung Jimin mengikutinya untuk mengambil bagian shot list yang sudah ditentukan. Sesekali Jungkook terjatuh namun ia masih tersenyum. Para penggemar menganggap hal itu menggemaskan namun Jimin justru khawatir.

Sampai di penghujung konser, Jungkook mengatakan sepatah kata untuk para penggemar. “Thank you for being here. I guess I couldn’t smile if you guys not here. I love you!”

Semuanya bersorak dan acarapun selesai. Lagi, sangat terburu-buru Jimin sedikit berlari ke belakang backstage untuk mengecek Jungkook dari jauh. Nampak kelelahan dan Jungkook sepertinya melukai kakinya sendiri.

“Butuh berapa jahitan?” sang manager nampak bertanya, menatap Jungkook yang kesakitan terduduk di sofa. Hoseok nampak mulai membersihkan lukanya dan memanggil beberapa staff untuk membantu Jungkook berdiri. Sedangkan Jimin hanya berdiri di ruangan lainnya, menatap Jungkook dari jauh.

Jungkook mendapatkan beberapa jahitan di kakinya. Beberapa orang nampaknya memenuhi ruangan namun sang manager menyuruh mereka untuk bubar. Hanya tinggal dirinya dan Jungkook di sana. Naluri seorang Jimin, ia tidak peduli dengan kata-katanya malam lalu. Ia memasuki ruangan lalu bertanya, “Gimana? Kamu udah baik?” namun sang manager menatapnya tak suka.

“Lo siapa?”

Video director. Gue mau nge-cek keadaan Jungkook.”

“Dia udah baikan. Dia harus ke kamar buat istirahat,” ucap sang manager. Dari tatapan Jungkook, sepertinya ia tidak mengharapkan banyak dari Jimin. Jika ia harus ke kamar, maka ia harus.

“Udah baikan?” tanya Jimin kembali.

Sir, I said he’s okay. The concert is over, biarin Jungkook istirahat oke?” sang manager melangkah membuat Jimin sedikit mundur. Tubuhnya lebih kecil dari sang manager dan Jimin total kalah jika ia harus memiliki konflik fisik. Dan juga, Jungkook sepertinya tidak terlalu peduli lagi. Ia bangun kemudian duduk di tempatnya, berusaha untuk beranjak berjalan meninggalkan ruangan. “Gue mau istirahat, besok gue harus fit,” ucap Jungkook.

Jungkook bahkan tidak memasukkan apa-apa ke dalam perutnya sebelum konser dimulai. Hanya air yang mengisi di perutnya. Rasanya lelah sekali, ia bahkan minta bantuan sang manager untuk menggotongnya ke kamar. Tidak tau ingin meminta bantuan ke siapa, Jungkook menurunkan gengsinya untuk meminta tolong kepada orang yang ia benci.

Ok thanks. Lo bisa balik ke kamar lo.” Jungkook tersenyum tipis berterima kasih saat ia sudah duduk di atas kasurnya. Namun sang manager sepertinya tidak ingin meninggalkannya . “I’m your manager, saya harusnya sama kamu terus kan?” senyum aneh nampak dari wajahnya.

“Bukan berarti lo harus di sini sama gue kan?”

Why so bratty, Jeon Jungkook?” sejak saat kata-kata itu terucap, Jungkook tau ada yang tidak beres. Ia dengan sangat pelan meraih ponselnya dan dengan insting ia berusaha menelpon seseorang.

Fuck off. Gue mau istirahat.”

“Istirahat sama gue ya?” Satu hingga dua langkah di hadapannya, Jungkook sedikit menjauh. Sesekali melirik ponselnya dan membuka pesan. Nama kontak teratas entah siapa, tolong merespon cepat. Aku butuh bantuan.

“Lo mau ngapain anjing?!” Satu tamparan mendarat di pipi Jungkook. Dan kembali, kata-kata mengerikan terucap. “You’re so pretty. Stylist kamu gapernah muji kamu cantik, kook?”

Sangat menyeramkan dan Jungkook total takut. Ia sangat ingin melawan namun rasanya jika ia melayangkan satu pukulan, ia akan pingsan. Tidak ada tenaga yang tersisa di tubuhnya. Tidak mengonsumsi apapun selama sehari membuatnya sangat tidak berdaya. Kini monster tersebut langsung menindih badannya dan melakukan hal yang sangat membuat Jungkook tak nyaman.

Fuck off!” teriak Jungkook namun nampaknya sang monster mendapatkan keinginannya. Seseorang memakinya akan meningkatkan gairahnya. Tentu ponsel Jungkook terhempas saat kedua tangannya tertahan di sisi kepalanya. Jungkook meronta memberontak sangat kuat namun rasanya ia hanya bisa menangis. Tubuhnya benar-benar se-lemah itu. Tak lama, ketukan yang membabi buta bisa menghentikan perbuatan sang manager. Ia menoleh sedetik kemudian kembali menatap wajah Jungkook yang nampak pucat dan memerah. Jungkook menangis ketakutan.

Well played, see you tomorrow, pretty.” Sang manager bangkit lalu berjalan menuju pintu. Membukanya kemudian memperlihatkan Yoongi dengan tatapan tajamnya.

“Ngapain di sini? Bukannya lu udah harus di kamar?”

“Engga. Saya cuman kasih Jungkook semangat pasca hari pertama. He did well!” satu tepukan di bahu Yoongi kemudian sang manager berlalu, “Saya duluan ya.”

Ada yang tidak beres dan Yoongi tau itu. Ia langsung masuk ke kamar Jungkook dan langkahnya terhenti saat ia menatap Jungkook yang menangis seenggukan terbaring di atas kasur.

Yoon, can I kill myself?” suaranya bergetar. Yoongi langsung menghampiri Jungkook dan menangkup wajahnya. Tatapan Jungkook kosong, matanya sembab.

“Kook!? Lo diapain sama dia?”

I lost my brother. I lost my lover, I’m tired. Kenapa ga sekalian aja gue kehilangan diri gue sendiri Yoon?” tatapannya sendu melihat Yoongi yang menatapnya teduh di atas wajahnya.

Do not say such things like that. You will be fine.” Tatapan Yoongi berpindah ke pergelangan tangan Jungkook yang membiru. Tidak ada kata maaf, amarahnya sangat tinggi sekarang. Saat Yoongi ingin mengejar sang manager, Jungkook menarik bajunya, masih dengan tatapan sendu-nya. “G-gue takut. Jangan bilang soal ini ke siapa-siapa. Terutama Jimin.”

Jungkook merasa malu terhadap semuannya. Ia bahkan tidak ingin Jimin tau apa yang ia telah alami. Entah itu akan membuat Jimin marah, sedih, atau kesal. “Dia udah lewatin banyak hal di sini, gue gamau bikin dia sedih lagi Yoon …” Jungkook kembali menangis. “Kook…” entah mengapa Yoongi tidak bisa menahan kesedihannya. Jungkook mengalami banyak hal di hari-hari yang berdekatan. Jungkook sudah melewatkan banyak hal dan dia masih mengkhawatirkan orang lain. “Jimin should know so he can protect you. Lu gabisa jadi satu-satunya yang melindungi dalam hubungan. Rumah berdiri karena ada tiang-tiang yang bekerja sama.”

Tidak ada balasan dan Yoongi mengerti. Ia kemudian menarik Jungkook kedalam pelukannya. Sejujurnya, Yoongi tidak bisa menahan air matanya. Akan lebih baik jika Jungkook tak melihatnya menangis. “I’m here okay? Don’t worry. I’ll make sure you’ll be fine. You’re my little rockstar, everyone’s star, Kook.”