Sorry, i will protect you too.
Keano menatap lurus kearah Nata yang sedang memesan makanan untuk mereka berdua. Bukan makan malam biasa namun Keano sepertinya ingin meluruskan perkataannya semalam. Entah mengapa namun Keano harus meluruskan itu dan membuat Nata nyaman saat bekerja dengannya.
Nata kembali dengan beberapa barang bawaan yang berada di tangannya dan duduk ber-sebrangan di hadapan Keano.
“Kamu boleh lepas masker tapi ngga buat topinya,” Ucap Nata karena fakta nya bahwa tempat makan yang Keano tunjukkan sedikit ramai.
Keano melepaskan masker nya kemudian meletakkan kedua tangannya yang saling mengait di atas meja, memajukan sedikit badannya lalu bertanya, “Kamu denger kata-kata semalam ya?”
Tentu. Nata mendengar semuanya. Harga dirinya sebagai manusia seperti hilang dalam kalimat Keano malam itu.
“Lupain aja. Aku ga ambil hati kok.”
“Kamu ambil hati. Sikap kamu dingin hari ini.”
“Terus kenapa kalau sikap ku dingin? Bukan berarti itu karena kamu kan?”
Keano memundurkan badannya dan menyender pada kursi.
“why you talk to me like that?”
“why can’t i talk to you like that?” Nada Nataliel ketus.
Benar. Keano harus menurut apa kata Nata saat ini jika berbicara mengenai kedudukan.
“Pertama, kamu ga ngasih tau tentang rap battle itu. Tanpa sepengetahuan manager mu. Aku gatau kabarmu dan lokasimu di mana. Kedua, terlalu larut. Ketiga, kamu gunain seserorang buat bahan taruhan.”
“Guess that’s why you mad at me.”
“Aku marah karena kamu langgar tiga peraturan sekaligus.”
“You mad because I talk shits about you, right Nataliel?”
Pandangan Nata tidak bisa ia kontrol. Benar-benar orang yang arogan dan tidak tau cara menghargai. Keano kini menampakkan wujud aslinya kepada Nata. Nata membuang muka namun Keano mengetuk tangannya dengan jari telunjuknya.
“Kamu bisa keluar kapanpun yang kamu mau.” Bisikan Keano membuat Nata kembali menatapnya.
“hah?”
“Ini hari ke … entah? People easily give up on me so you can go.”
Kembali, Keano menyenderkan tubuhnya menatap Nata dalam. Nata baru saja diremehkan dan total kesal kepada Keano. Tidak, ia merasa disakiti. Ingin rasanya Nata keluar dari pekerjaan ini namun ia membutuhkan uang. Keano berubah menjadi monster malam ini.
“Kalau aku keluar, siapa yang bakal nganterin kamu pulang larut sehabis* rap battle?*”
“Aku bisa sendiri.”
“Siapa yang bakal pesenin makananmu?”
“Easy.”
“Siapa yang—“ Sebuah cahaya menyilaukan sudut pandang Nata. Seseorang baru saja mengambil foto. Keduanya menoleh menatap orang itu namun tatapan Nata lebih tajam.
“Bisa gausah ambil foto?”
“Holy—gue ngefans—“
“Tapi ini di luar jadwal apa-apa. Mohon kerja samanya.” Nata masih menoleh ke arah pria tersebut.
“Kenapa gaboleh? Udah resiko dong? Lagian siapa yang ga kenal Holy?”
“Tapi tolong, ini jadwal—“
“Heh, lo siapanya?” pria satunya menyahut namun lebih kasar nadanya.
“Tolong ya, untuk kali ini gaada foto Holy.” Nata berucap sembari mendorong masker Keano dengan pelan ke arahnya. Keano hanya menatap Nata yang sepertinya masih berdiskusi dengan beberapa pria di depannya.
“Gue tanya lo siapa!” teriakan salah satu pria membuat seisi ruangan sedikit terkejut. Nata tidak tinggal diam. Ia berdiri lalu menghampiri meja mereka.
“Gue manager Holy dan gue berhak buat bawa kalian ke hukum. Ini termasuk privasi!” Nata merampas handphonenya namun beberapa pria dengan sigap berdiri mengancam Nata. Keano tak tenang. Saat Nata tau bahwa Keano ingin beranjak, Nata mengisyaratkan bahwa lebih baik diam di tempat.
“Kenapa lo main rampas gini?!”
“Hapus foto Holy yang ada di hape lo.”
“Mending kita ngobrol di luar oke?” salah satu pria kembali menyeletuk.
“Hapus.”
“Kita hapus di luar.”
“Sekarang!” Nata berteriak dan membuat pria yang tadinya berdiri langsung menarik baju Nata. Refleks Nata menepis tangannya dan Keano tidak tinggal diam kali ini. Ia beranjak namun Nata sadar dan menoleh menataop Keano tajam. Ia kembali ber-isyarat bahwa Keano seharusnya duduk saja dan tidak melakukan apa-apa. Nata kembali menatap pria-pria itu lalu berkata, “Kita diskusi di luar.” Nata menarik kerah baju pria itu lalu membawanya keluar. Keano sangat ingin menghampirinya namun Nata sepertinya tak ingin melibatkan Keano dalam hal ini.
2 menit. 5 menit. 10 menit namun Nata belum kembali. Makanan di depannya membuat Keano sangat khawatir. Ia tidak bisa tinggal diam. Memang tugas Nata untuk melindunginnya namun siapa yang akan melindungin Nata kalau bukan dirinya. Saat hendak beranjak, Nata kembali dan langsung mengambil tempat duduk di depan Keano.
“Nat?” mata Keano sedikit membulat dengan beberapa luka di wajah Nata.
“Makan aja, abis ini kita langsung pulang.”
“Muka kamu—“
“makan aja!” bentakan Nata membuat Keano terdiam.
Sadar akan ia membentak artisnya, Nata mengangkat pandangannya dan menatap Keano. “Kalau ada yang foto kamu tanpa izin dan bertindak ga sopan, siapa yang bakal mukulin mereka?”
Keano sadar bahwa ia membutuhkan Nata namun ada satu hal yang harus ia pastikan.
“Siapa yang bakal lindungin kamu?” Keano menjawab dengan pertanyaan.
“Pertanyaan bukan jawaban dari pertanyaan.”
“I want to protect you too and Nat, I’m so sorry about last night.”
Sudah cukup hari sial bagi Nata. Hari ini dan kemarin malam. Ia hanya ingin fokus pada kerjaan nya, bukan hal yang lain.
“Nat?” mata Keano jelas khawatir. Ia terus memandangi wajah Nata.
“I’m here because I want to. I need money. Kamu gabisa suruh aku berhenti. I hope you understand that.”
“And I guess I couldn’t do anything right without you so … I’m sorry for my words.”
“Lupain aja. I’m still your manager.”
“Nat, lukamu …”
“Stop worrying, I’m fine.”
“It’s not. Kamu .. mimisan..”
Nata tidak sadar dan saat jarinya menyentuh hidungnya, terlihat sedikit darah yang mengalir. Keano langsung mengambil tisu dan membantu Nata untuk menyumbat darahnya. Matanya masih khawatir dan Nata kembali dalam perangnya. Hatinya berdegup kencang, bukan hal yang ia harapkan datang sekarang.
“Kita pulang.” Keano kembali memasang masker nya dan matanya terlihat jelas bahwa ia memandangi Nataliel selama 5 menit tanpa henti.